ABS: Semangat Partai Demokrat adalah Sukses Berbangsa dan Bernegara
Pak Agung Budi Santoso menyampaikan pesan-pesan Pak Ketua Umum pada tanggal 11 Desember 2019 di Gedung JCC Senayan,
Pidato Politik Ketum Partai Demokrat: Indonesia 2020, Peluang, Tantangan dan Harapan
INDONESIA 2020
PELUANG, TANTANGAN DAN HARAPAN
KETUA UMUM DPP PARTAI DEMOKRAT
PROF. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
JCC - JAKARTA, 11 DESEMBER 2019
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum
warrahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita
sekalian,
Om swastiastu,
Namo budaya,
Salam kebajikan,
Para Pemimpin dan Kader
Demokrat, yang saya cintai dan saya banggakan,
Saudara-saudaraku rakyat
Indonesia, yang saya cintai dan saya muliakan
Alhamdulillah, kita hampir tiba di penghujung
tahun.
Tahun 2019 yang penuh dinamika dan juga ujian, akan kita
tinggalkan. Sebentar lagi, kita akan memasuki tahun baru 2020. Tahun yang
membawa harapan dan peluang, meskipun tak akan luput dari tantangan.
Tahun 2019 telah memberikan pengalaman dan pelajaran
berharga bagi bangsa Indonesia. Di tahun ini, rakyat kita baru saja mengikuti
pemilihan umum. Banyak hal baru yang kita dapatkan, baik yang positif maupun
yang negatif. Yang baik maupun yang buruk.
Yang buruk, pertama kali dalam sejarah, pemilu kita
diwarnai oleh politik identitas yang melebihi takarannya. Juga pertama kali
terjadi banyak korban jiwa, baik karena kekerasan maupun bukan.
Kabar baiknya adalah, ketika bangsa kita berada di ambang
perpecahan dan bahkan benturan fisik pasca pemungutan suara, kita semua sadar
dan terpanggil. Terpanggil untuk menahan diri dan tetap menjaga keutuhan kita. Alhamdulillah,
mimpi buruk itu tidak terjadi. Kita memilih persatuan, bukan perpecahan
Karenanya, evaluasi menyeluruh tentang sistem,
undang-undang dan penyelenggaraan pemilu perlu kita lakukan. Terutama bagi
pihak pemerintah, parlemen dan penyelenggara pemilu. Tujuannya, pemilu di masa
mendatang bisa berlangsung lebih baik. Yang sudah baik kita pertahankan, yang
belum baik kita perbaiki. Itulah harapan Partai Demokrat. Saya yakin itu pula
harapan rakyat kita.
Pemilihan umum, sebuah kontestasi politik untuk sebuah
kekuasaan, telah usai. Sementara, pemilu mendatang masih jauh, 5 tahun
lagi. Tak baik dan malu kepada rakyat,
kalau saat ini kita memulai lagi kontestasi baru. Apalagi jika semangat dan
nafsunya adalah untuk mendapatkan kekuasaan di tahun 2024. Juga tidak etis,
karena pemerintahan Presiden Jokowi yang kedua, baru mulai melaksanakan
tugasnya. Mari hormati pemerintah kita, dan tentunya rakyat kita.
Partai Demokrat berpendapat, saatnya kita menghentikan suasana
permusuhan. Saatnya kita menghentikan politik yang membelah dan memisahkan.
Saatnya pula, kita kembali membangun hubungan antar kekuatan politik yang lebih
damai dan menyatukan. Hubungan yang bernuansa kawan dan lawan harus kita ganti
dengan hubungan antar mitra. Kemitraan untuk membangun bangsa. Kemitraan dan
kebersamaan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi rakyat. Rakyat
menghormati negara dan pemimpinnya. Negara dan pemimpin sabar dan mengayomi
rakyatnya dengan adil dan penuh rasa kasih sayang. Bersatu kita teguh. Bersama
kita lebih kuat. Together we are stronger.
Inilah ajakan Partai Demokrat.
Bersama negara dan pemerintah, kita harus berbuat dan
bekerja sekuat tenaga untuk rakyat kita. Meskipun saat ini Partai Demokrat
berada di luar pemerintahan pusat, komitmen kami tidak berubah. Kami ingin
pemerintah sukses dalam melaksanakan tugasnya. Kalau pemerintah sukses,
rakyatlah yang akan mendapatkan manfaatnya.
Demokrat akan men-dukung penuh keputusan dan kebijakan pemerintah yang
tepat, dan sesuai keinginan rakyat. Namun, Demokrat akan mengkritisi keputusan
dan kebijakan yang kami pandang keliru, dengan harapan dapat dilakukan koreksi
dan perbaikan. Inilah tanggung jawab moral, sosial dan politik Partai Demokrat
yang harus kami jaga dan laksanakan.
Melalui pidato politik ini, Demokrat mengajak semua pihak
untuk memahami tahun 2020 yang akan datang. Dengan memahami peluang dan
tantangan yang akan kita hadapi, kita akan lebih siap. Jika hendak
berkontribusi untuk meraih sukses di masa depan, kitapun tahu apa yang harus
kita lakukan.
Sebelum Demokrat menyampaikan pandangan dan
harapan-harapannya, kami telah mempelajari apa yang akan dilakukan oleh
pemerintah. Termasuk pula apa yang diinginkan oleh Presiden Jokowi. Di sisi
lain, kami juga mempelajari keadaan dan persoalan yang dihadapi rakyat kita.
Termasuk perasaan dan harapan mereka. Semangat Demokrat adalah apa yang telah
menjadi kebijakan dan program pemerintah, termasuk APBN tahun 2020, diharapkan
bisa dicapai. Sekali lagi kami ingin pemerintah kita sukses.
Satu lagi, kami juga mempelajari dinamika dan
perkembangan dunia, yang kita tahu akan berpengaruh kepada negara kita,
Indonesia. Baik yang menyangkut ekonomi, geopolitik dan gerakan-gerakan sosial
yang tengah marak saat ini. Kita tak boleh lupa, Indonesia pernah kena dampak
prahara global di tahun 1998, dan juga di tahun 2008. Tahun 1998 kita tidak
selamat dan terjatuh dalam krisis yang dalam. Tahun 2008, alhamdulillah
kita selamat. Kita bisa mengurangi dampak krisis ekonomi global waktu itu.
Dalam pidato ini, saya akan memfokuskan pada persoalan
ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Meskipun isu-isu lain juga penting, dalam
kesempatan ini kami tidak bermaksud menyampaikannya. Misalnya isu tentang
politik dan demokrasi, tentang hukum dan keadilan, dan tentang persatuan dan kerukunan
bangsa.
Saudara-saudara,
Kita mengetahui bahwa permasalahan dan tantangan yang
mengemuka saat ini adalah ekonomi. Kita harus sungguh memberikan perhatian dan
berupaya sekuat tenaga untuk mengatasinya. Mengapa? Jika ekonomi menurun,
apalagi memburuk, rakyatlah yang paling terkena dampaknya. Terutama rakyat golongan miskin
dan kurang mampu, yang jumlahnya puluhan juta di negeri kita. Sebaliknya, jika
ekonomi kita meningkat, taraf hidup rakyat akan meningkat pula.
Kami mengetahui, pemerintah telah berupaya sekuat tenaga
untuk mengatasi permasalahan ekonomi kita. Termasuk menjaga pertumbuhan,
fundamental dan aspek-aspek ekonomi makro yang lain. Kami amati, sebagian
upaya itu berhasil dengan baik, sebagian belum. Paling tidak masih banyak
pekerjaan rumah yang harus dilakukan.
Tahun 2020, dan tahun-tahun kedepannya, ekonomi global
dan kawasan diperkirakan dalam keadaan yang tidak baik. Banyak yang
mengatakan bahwa dunia akan mengalami resesi ekonomi. Artinya, pertumbuhan akan
melambat atau tumbuh rendah. Keadaan ini akan berdampak negatif dan makin
membebani ekonomi Indonesia. Karenanya, Indonesia tidak cukup hanya
berjaga-jaga. Atau hanya siap untuk melakukan antisipasi dan adaptasi semata.
Kita harus sangat serius dalam upaya mengurangi dampak buruk resesi dunia itu
terhadap ekonomi kita. Sangat berbahaya kalau kita lalai dan bersikap “business
as usual”.
Kami juga mengetahui, pemerintah telah melakukan sejumlah
langkah untuk “mengamankan” ekonomi kita di tahun 2020 mendatang. Kami juga
mengikuti postur APBN tahun 2020 dan berbagai kebijakan yang dijalankan.
Demokrat senang, dan memberikan apresiasi yang tinggi untuk itu. Demokrat tidak
ingin, dan tentu juga rakyat kita, perkiraan Bank Dunia tentang ekonomi kita
menjadi kenyataan. Kita ingin pertumbuhan ekonomi kita tidak serendah yang
diperkirakan oleh Bank Dunia, yang menaruhnya di angka 4,9%.
Jika dalam forum ini kami menyampaikan hal-hal untuk
diwaspadai oleh pemerintah, tujuan kami sama dengan tujuan pemerintah. Ekonomi
kita selamat, di kala ekonomi dunia sedang tidak cerah. Bahkan tetap tumbuh
dengan baik. Kami yakin pemerintah memer-lukan mitra yang berkata jujur
dan apa adanya. Serta mitra yang siap membangun sinergi dan kerjasama yang
baik. Kerjasama untuk kepentingan rakyat yang sama-sama kita cintai.
Dari semua permasalahan dan tantangan ekonomi saat ini,
Demokrat hanya ingin berfokus pada 5 isu.
Pertama, menyangkut pertumbuhan
ekonomi.
Kedua, pengangguran dan lapangan
kerja.
Ketiga, daya beli dan perlindungan
sosial untuk rakyat.
Keempat, kebijakan fiskal termasuk
utang negara.
Dan yang kelima, rencana pemindahan dan
pembangunan ibu kota baru.
Ijinkan saya untuk memulai yang pertama, yaitu pertumbuhan
ekonomi.
Demokrat sepakat dengan Presiden Jokowi bahwa angka
pertumbuhan pada tingkat 5% bukanlah sesuatu yang buruk.
Terutama jika dikaitkan dengan situasi perekonomian global saat ini. Yang
penting, sasaran pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan untuk tahun 2020
sebesar 5,3% dapat dicapai.
Jika ekonomi kita tumbuh rendah, misalnya di bawah 6%, lapangan pekerjaan
baru sulit didapatkan. Penghasilan dan daya beli rakyat sulit ditingkatkan. Angka kemiskinan
juga tak mudah untuk diturunkan.
Dalam jangka pendek dan menengah, dua langkah besar perlu
dilakukan. Pertama, bagaimanapun investasi dunia
usaha harus ditingkatkan. Usaha swasta, dan bukan hanya BUMN, harus mendapat
peluang bisnis yang lebih besar. Karenanya, Demokrat mendukung penuh upaya
pemerintah untuk meningkatkan investasi kita.
Yang kedua, pembelanjaan konsumen (consumers
spending) harus dijaga dan kalau bisa ditingkatkan. Baik belanja pemerintah
maupun konsumsi rumah tangga.
Di tengah lesunya daya beli golongan menengah ke bawah,
ada 2 proritas yang penting. Kesatu, penciptaan lapangan kerja baru harus
sukses. Kalau sukses, konsumsi rumah tangga secara agregat akan terus
meningkat. Kedua, perlu dipastikan agar anggaran perlindungan sosial, termasuk
subsidi bagi kaum tidak mampu, jumlahnya memadai.
Kita tahu bahwa belanja pemerintah (government
expenditure) adalah komponen penting dalam pertumbuhan. Demokrat melihat
bahwa ruang fiskal kita tidaklah terlalu sempit. Yang penting, pemerintah
cerdas dan tepat dalam mengalokasikan pembelan-jaannya. Demokrat berharap
belanja pemerintah sungguh dapat menyumbang pertumbuhan ekonomi yang nyata.
Jangka panjang, pemerintah perlu melakukan segala upaya
untuk meningkatkan pertumbuhan kita. Demokrat melihat peluang peningkatan
sumbangan sektor industri pada pertumbuhan. Utamanya melalui industri
manufaktur yang berbasiskan pertanian dan sumber daya mineral. Juga sektor
perdagangan, konstruksi dan kepariwisataan. “Sebenarnya, banyak jalan menuju ke Roma”.
Demokrat menyambut baik tekad Presiden Jokowi, agar
Indonesia bisa keluar dari jebakan penghasilan menengah (middle income trap)
di tahun 2045 mendatang. Di sinilah perlunya kita memiliki pertumbuhan yang
tinggi. Pengalaman menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi 6% setahun, akan membuat
pendapatan perkapita naik 2 kali lipat dalam 10 tahun. Insya Allah Indonesia bisa.
Kita punya “success story”. Dalam waktu 10 tahun (2004
- 2014) income
per kapita kita naik 3 kali lipat lebih, dari $
1100 AS menjadi $ 3500 AS.
Isu ekonomi yang kedua adalah menyangkut pengangguran
dan lapangan pekerjaan. Kami, Demokrat, sungguh memberikan perhatian pada isu ini.
Jika melihat data statistik, memang ada penurunan angka
pengangguran sekitar 1% dalam waktu 5 tahun. Tentu ini
belum cukup. Di samping itu, kita juga harus melihat struktur dan migrasi
pekerjaan yang terjadi di masyarakat kita.
Meskipun tercatat sebagai bekerja, alias tidak menganggur, namun
sekitar 28,4 juta orang adalah pekerja paruh waktu. Sementara, yang
berkategori setengah menganggur sekitar 8,14 juta orang. Jumlahnya, 36,5
juta orang.
Tentu ini angka yang besar.
Di samping itu juga
banyak terjadi peralihan pekerjaan, dari sektor formal ke sektor
informal. Keadaan seperti ini kerap diikuti menurunnya penghasilan, dan
tentunya daya beli mereka. Itulah sebabnya, Demokrat mengingatkan pemerintah
agar berhati-hati dalam meningkatkan biaya yang ditanggung oleh rakyat, seperti
BPJS, Tarif Dasar Listrik dan lain-lain. Perhatikan “timing” (kapan dinaikkan)
dan seberapa besar angka kenaikan yang tepat. Secara moral dan sosial, tidaklah bijak membebani
rakyat secara berlebihan ketika ekonomi
mereka sedang susah.
Satu hal yang patut menjadi perhatian kita adalah “siapa saja
yang menganggur” dewasa ini. Data menunjukkan bahwa prosentase dan angka
lulusan SMK, SMA dan Perguruan Tinggi yang menganggur relatif tinggi. Keadaan
seperti ini tentu rawan secara sosial, politik dan keamanan. Kita belajar
dari pengalaman Arab Spring di tahun 2011 dulu. Juga terjadinya gerakan
protes sosial di 30 negara tahun ini. Penyebab utamanya adalah kesulitan ekonomi dan banyaknya
pengangguran.
Untuk itu, Demokrat mendukung penuh upaya pemerintah
untuk mengatasi pengangguran ini. Caranya tentu banyak. Demokrat berharap,
pembangunan infrastruktur dengan anggaran yang sangat besar saat ini, dapat
menciptakan lapangan kerja yang jauh lebih banyak.
Demokrat juga menyambut baik program Kartu Pra Kerja yang
ada dalam APBN 2020. Ini sebuah inisiatif yang baik. Yang penting, program
dengan anggaran 10 triliun rupiah untuk 2
juta peserta
tersebut dapat dikelola dengan baik. Agar tidak memunculkan isu sosial di antara sesama pencari kerja, pelaksanaannya harus benar-benar transparan dan akuntabel. Diharapkan
tidak salah sasaran, dan bebas dari kepentingan politik pihak manapun.
Demokrat juga berharap pemerintah memiliki kebijakan yang
efektif dan lebih agresif bagi pencari kerja milenial. Meskipun sektor
pertanian, industri dan jasa tetap menjadi tulang punggung ekonomi nasional,
Indonesia juga memasuki era baru. “Ekonomi Baru” atau “Ekonomi Digital” telah
menjadi bagian dari ekonomi kita. Karenanya pendidikan dan pelatihan bagi kaum
milenial ke depan harus dilakukan secara serius. Mereka harus dipersiapkan agar
cakap dan terampil untuk bekerja di era ekonomi digital.
Isu ketiga adalah berkaitan dengan daya
beli dan perlindungan sosial untuk masyarakat.
Kesulitan ekonomi, termasuk lemahnya daya beli
masyarakat, memang nyata. Terutama pada masyarakat yang berpenghasilan rendah dan kaum
tidak mampu. Bagi masyarakat papan menengah dan atas, barangkali tidak
merasakannya.
Penurunan daya beli ini juga ditandai oleh perlambatan
penjualan retail, penurunan penjualan mobil dan motor serta perlambatan konsumsi
makanan. Juga ditandai oleh tekanan terhadap upah riil petani dan pekerja
konstruksi.
Kita tahu, ada 2 cara untuk meningkatkan penghasilan dan
daya beli rakyat. Pertama melalui mekanisme ekonomi,
yaitu dengan meningkatkan pertumbuhan dan
menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan. Yang kedua, bagi mereka yang benar-benar
mengalami kesulitan dalam kehidupan rumah tangganya, pemerintah perlu
memberikan bantuan. Inilah yang disebut dengan perlindungan sosial ~ social
safety net.
Demokrat mengetahui bahwa dalam APBN 2020, disediakan
anggaran perlindungan sosial berjumlah Rp 372,5 triliun. Anggaran ini cukup besar,
meskipun tidak sebesar anggaran untuk pembangunan infrastruktur. Program ini
meliputi bantuan pangan, pendidikan, kesehatan, subsidi tepat sasaran, dan juga
dana desa.
Demokrat mendukung penuh program dan anggaran ini.
Kami tidak setuju kalau ada yang berpendapat anggaran ini
disebut pemborosan. Bahkan ada yang berpendapat lebih baik digunakan saja untuk
menambah biaya infrastruktur. Justru pembelanjaan yang terlalu tinggi (too
much spending) dalam pemba-ngunan infrastruktur, dan menomorduakan pembangunan
manusia, menurut kami tidak tepat dan tidak adil. Termasuk jika mengabaikan
bantuan kepada rakyat miskin dan rakyat yang sedang susah. Kita tidak boleh
berpikir terlalu kapitalistik dan neo-liberalistik dalam pembangunan ekonomi.
Paham-paham itu tidak peka terhadap kemiskinan, kesenjangan dan keadilan
sosial. Paham demikian juga bertentangan dengan semangat dan nilai-nilai
Pancasila, yang ingin mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Indonesia punya pengalaman yang baik, dengan program
perlindungan sosial, yang waktu itu disebut “program-program pro-rakyat”. Dalam
waktu sepuluh tahun (2004 - 2014) kita bisa menurunkan angka
kemiskinan sebesar 6%. Sekali lagi Demokrat men-dukung setiap kebijakan dan
program yang berpihak kepada rakyat kecil.
Isu ekonomi yang keempat adalah berkaitan dengan kebijakan
fiskal, termasuk utang negara.
Kita tahu kebijakan fiskal, termasuk APBN, adalah sebuah
pilihan. Juga bagian dari politik ekonomi, yang penuh dengan “judgement”.
Karenanya, kita tidak boleh latah dan mudah menyalahkan pemerintah. Demokrat
juga mengerti kompleksitas dan dilema dalam mengalokasikan dan mendistribusikan
anggaran negara. Baik pusat maupun daerah. Ter-lebih jika ekonomi kita tengah
mengalami tekanan seperti sekarang ini.
Namun, kita harus menyadari dan mengakui bahwa memang ada
permasalahan dalam fiskal dan APBN kita. Pasar, baik domestik maupun
internasional, juga mengetahui permasalahan ini.
Permasalahan utama yang kita hadapi adalah tidak
tercapainya pendapatan negara dari sasaran yang ditetapkan. Penerimaan pajak
jauh dari target. Sampai bulan Oktober 2019, penerimaan pajak masih kurang Rp 559
triliun. Penerimaan pajak dan non pajak yang tidak mencapai sasaran ini pasti akan menambah angka defisit APBN.
Terus terang, Demokrat mengamati sasaran belanja negara kita memang tergolong
tinggi. Barangkali juga terlalu ekspansif, untuk ukuran ekonomi Indonesia yang
tengah menghadapi tekanan.
Persoalannya kemudian, dari mana kita menutup defisit
APBN ini? Yang terlintas dan mudah tentulah, dengan cara menambah utang baru.
Menambah utang baru memang dibenarkan dan bukan sebuah kesalahan. Namun,
seberapa besar utang baru itu? Andaikata rasio utang terhadap PDB dianggap aman
di angka 30%, meningkat sekitar 5% dari lima tahun yang lalu,
untuk apa utang itu digunakan? Dapatkah dipastikan bahwa utang baru itu
bermanfaat, produktif dan mampu menjaga pertumbuhan kita? Apalagi pasar tahu
bahwa utang sejumlah BUMN untuk pembangunan infrastruktur juga meningkat sangat
banyak.
Dalam kaitan ini, dengan niat yang baik, Demokrat
mengingatkan agar pengelolaan fiskal dan penambahan utang baru ini benar-benar
cermat dan tepat. Ingat, Indonesia juga menghadapi risiko ekonomi di tahun
depan. Jika tekanan terhadap ekonomi kita cukup berat, risiko pelarian modal ke
luar negeri (capital outflow) sangat mungkin terjadi. Persoalan menjadi
serius jika stimulus fiskal dan moneter kita juga terbatas dan tidak cukup menjaga agar ekonomi kita tetap aman. Kita
juga masih mengalami defisit transaksi berjalan, yang justru memerlukan
“capital inflow” untuk menutupinya. Kita tentu
harus mencegah terjadinya pelemahan rupiah, jika risiko seperti ini
betul-betul kita hadapi. Mudah-mudahan tekanan eksternal tidak terlalu besar.
Menambah utang baru tentu bukan satu-satunya pilihan. Memberikan beban kepada
rakyat, utamanya golongan kurang mampu, untuk menambah penerimaan negara juga
tidak bijaksana. Sebaliknya, mengurangi atau menunda pembelanjaan pemerintah
tidak tabu untuk dilakukan. Yang penting, yang dikurangi janganlah anggaran
yang menyangkut hajat hidup rakyat kita yang pokok. Kebijakan fiskal juga
menyediakan ruang bagi kearifan dan kompromi, di samping pertimbangan yang
rasional.
Isu kelima, atau terakhir yang hendak
saya sampaikan adalah berkenaan dengan rencana pembangunan
ibukota baru.
Kami menghargai inisiatif dan pemikiran Presiden Jokowi
untuk membangun ibukota negara yang baru.
Ketika Demokrat berada di pemerintahan, selaku Presiden
saya juga pernah memikirkan untuk
membangun pusat pemerintahan yang baru. Konsep kami memang sedikit berbeda.
Pusat pemerintahan baru yang kami pikirkan dulu terletak di kawasan Jawa Barat,
dengan jarak tempuh sekitar 1,5 jam menuju ke arah timur. Konsep ini seperti
yang dilakukan Malaysia, yang membangun Putra Jaya sebagai pusat pemerintahan
baru, di luar Kuala Lumpur. Setelah kami pikirkan dan olah selama 2 tahun,
rencana ini kami batalkan. Pertimbangan kami waktu itu adalah anggaran yang sangat besar belum
tersedia, sementara banyak sasaran
pembangunan yang lebih mendesak. Di samping itu, ada faktor lingkungan (amdal)
yang tidak mendukung, yang tentu tidak boleh kami abaikan.
Karenanya, Demokrat sangat mengerti jika Presiden Jokowi
juga memiliki pemikiran yang sama. Beban Jakarta memang sudah terlalu berat, melebihi daya
dukung yang dimilikinya.
Yang ingin kami sampaikan hanya berkaitan dengan sumber
daya, termasuk anggaran, yang diperlukan untuk membangun ibukota baru tersebut.
Kami pelajari, dalam APBN 2020 belum secara gamblang dan signifikan dicantumkan
anggaran awal untuk pembangunannya.
Demokrat yakin, pemerintah sangat tahu bahwa membangun
sebuah ibukota hakikatnya adalah membangun kehidupan. Membangun sistem. Bukan
sekedar membangun infrastruktur fisik. Pembangunannya juga memerlukan biaya
yang sangat besar dan jangka waktu yang tidak singkat. Karenanya, Demokrat
mengingatkan agar perencanaan strategis pemerintah benar-benar disiapkan dengan
seksama. Konsepnya seperti apa? Timeline-nya (jadwal pembangunannya) seperti apa? Berapa besar biaya yang
digunakan? Dari mana anggaran itu diperoleh? Apakah betul ada pemikiran untuk menjual aset-aset
negara dan bahkan utang ke luar negeri untuk membiayainya?
Hal-hal inilah yang ingin kami dengar. Saya yakin rakyat
Indonesia juga ingin mendengar dan mengetahuinya. Banyak contoh di dunia, Saudara-Saudara, negara yang berhasil dan juga
yang gagal dalam membangun ibukota yang baru. Tentu kita ingin menjadi negara yang
berhasil dalam membangun ibukota baru ini.
Di tengah perkembangan ekonomi global yang tidak
menggembirakan, dan juga ekonomi Indonesia sendiri yang menghadapi tekanan,
perencanaan dan kesiapan pemerintah harus paripurna. Memindahkan dan membangun
ibukota baru adalah sebuah mega proyek. Tidak boleh meleset, harus sukses.
Saudara-saudara, demikianlah pidato politik Partai
Demokrat.
Meskipun tantangan di bidang ekonomi dan kesejahteraan
rakyat ke depan tidak ringan, tapi kita tidak boleh pesimistik. Kita harus
tetap optimistik. Saya juga percaya pemerintahan Presiden Jokowi, dengan
dukungan kita semua, akan mampu mengatasi segala persoalan itu.
Mari kita berikan kesempatan kepada pemerintah untuk
menjalankan misinya.
Mengingat persoalan di bidang ekonomi cukup berat,
janganlah dibebani dengan masalah-masalah lain yang tidak perlu. Pemerintah
memerlukan stabilitas sosial dan stabilitas politik, agar pembangunan ekonomi
berhasil dengan baik.
Namun, untuk mengejar sasaran ekonomi, tidak berarti
demokrasi, kebebasan dan kedaulatan rakyat dianggap tidak penting. Kita, bangsa
Indonesia, telah mematahkan mitos lama bahwa seolah kita harus memilih salah
satu. Demokrasi atau ekonomi. Kebebasan atau keamanan. Kita telah membuktikan
bahwa pembangunan ekonomi dapat kita lakukan dengan baik, tanpa meminggirkan
demokrasi, kebebasan dan kedaulatan rakyat.
Akhirnya, Demokrat mengucapkan selamat bertugas kepada Bapak Jokowi dan segenap jajaran pemerintah. Rakyat
sangat berharap masa depan mereka lebih cerah. Keluarga besar Partai Demokrat juga mengucapkan
selamat tahun baru kepada saudara-saudara kami rakyat Indonesia. Semoga Allah
Swt, Tuhan Yang Maha Kuasa melindungi kita semua. Majulah dan jayalah Indonesia
tercinta.
Wassalamu’ alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Om shanti shanti shanti om
Komentar